A. Masa Dewasa
Dini.
1. Perkembangan
fisik
Dewasa awal
berusia 18-40 tahun. Puncak kemampuan fisik individu dapat dicapai antara usia
18-40 tahun, yang diikuti dengan kesehatan yang baik.
Golongan dewasa
awal telah mencapai puncak kekuatan, energi, dan ketekunan yang prima. Secara
fisik, mereka mempunyai kekuatan tubuh yang prima sehingga mereka giat
melakukan berbagai kegiatan seolah-olah tidak mengenal rasa lelah. Barangkali,
berbagai kegiatannya sangat padat dan masing-masing harus memperoleh perhatian
serius. Namun, mereka tetap tekun dalam melakukan aktivitas-aktivitasnya itu
sampai menghabiskan banyak waktu, energi, atau biaya. Akibatnya mereka bekerja
sampai malam bahkan kadang-kadang lupa mengurus dirinya sendiri. Hal itu karena
ditopang oleh kondisi fisik yang sehat juga didukung kemauan dan ketekunan yang
luar biasa (motivation, commitment, endurance).
2. Perkembangan Kognitif.
Warner schaie
(dalam Hoffman, Paris, dan Hall, 1994:Papalia, Olds, dan Feldman, 2001:Santrock,
1999) berdasarkan pandangan Jean Piaget, mengemukakan tahap perkembangan
kognitif. Perkembangan kognitif tersebut dikaitkan dengan kehidupan pekerjaan
yang dialami individu semasa muda. Schaie membagi tahap perkembangan kognitif
dewasa awal menjadi beberapa tahap, yaitu:
a. Tahap menguasai
pengetahuan dan keterampilan (acquisitive, 6-25 tahun).
Yang dimaksud
dengan tahap acquisitive adalah tahap yang terjadi pada masa anak-anak
dan masa remaja (bahkan dewasa awal) dan mereka berusaha mengetahui pengetahuan
dan ketrampilan melalui jalur pendidikan (formal dan nonformal) guna
mempersiapkan masa depannya, terutama ketika mereka bekerja dalam
lembaga-lembaga sosial masyarakat. Dalam hal ini peran orang tua sangat penting
dalam memberi semangat dan dukungan anak-anaknya agar memperoleh pendidikan
terbaik. Demikian pula tersedianya lembaga-lembaga pendidikan yang baik di
masyarakat akan dapat menguntungkan bagi terciptanya kualitas sumber daya
manusia yang andal.
b. Tahap
pencapaian prestasi (achieving stage, 24-34 tahun).
Masa pencapaian prestasi dianggap
sebagai kemampuan untuk mempraktikkan seluruh potensi intelektual, bakat,
minat, pengetahuan, dan ketrampilan yang diperoleh selama masa akuisitif ke
dalam dunia karier. Individu telah menempuh pendidikan formal jenjang akademi,
atau universitas, kemudian ia mulai memasuki jenis pekerjaan praktis. Ia
mencoba menerapkan ilmu dan ketrampilannya, apakah cocok atau tidak, dengan
jenis pekerjaan yang dihadapinya.
c.
Tahap tanggung jawab (responsibility
stage).
Sebagai makhluk
sosial, mau tak mau seseorang harus mampu mempertanggung jawabkan segala
tindakannya secara etika, moral kepada masyarakat.
Demikian pula
orang yang memasuki masa dewasa awal, akan dituntut rasa tanggung jawabnya
sebagai individu yang bekerja di lembaga sosial tempat ia bekerja, serta
dituntut tanggung jawabnya sebagai individu yang telah membina kehidupan rumah
tangga. Jadi, yang disebut dengan masa tanggung jawab, menuru schaie adalah
rasa tanggung jawab yang harus diwujudkan dalam kehidupan masa dewasa awal
sebagai seorang yang bekerja di lingkungan lembaga sosial-pekerjaan ataupun
lembaga sosial keluarga. Hal ini dicapai masa dewasa awal hingga masa dewasa
menengah.
3. Perkembangan
Emosi, Sosial, dan Moral
Pada
masa dewasa ini, perkembangan emosi, sosial, dan moral sangat berkaitan
berbagai macam perubahan dari masa sebelumnya, yaitu masa remaja. Hal ini saja
menimbulkan minat-minat yang berbeda yang menjadi fokus pada masa usia dini.
Adapun kondisi-kondisi yang mempengaruhi perubahan minat adalah perubahan
kondisi kesehatan, perubahan status sosial ekonomi, perubahan dalam pola
kehidupan, perubahan dalam nilai, perubahan peran seks, perubahan status dari
belum nikah ke status menikah, menjadi orang tua, perubahan tekanan budaya dan
lingkungan.
Untuk
perkembangan sosialnya, sebagaimana yang ditekankan oleh erikson, masa dewasa
dini merupakan masa krisis isolasi (Hurlock, 1991). Hal ini dikarenakan
kegiatan sosial pada masa dewasa dini sering dibatasi karena berbagai tekanan
pekerjaan, dan keluarg.
4. Ciri khas
perkembangan dewasa awal.
Dalam psikologi
Islam, dewasa awal disebut fase taklif, fase di mana seseorang telah
menjadi manusia dewasa telah dikenai kewajiban sebagai ’abdullah dan sebagai
khalifah di bumi, dalam proses menjadi pribadi yang berkualitas. Fase ini akan
dapat dijalani oleh seseorang dengan baik bila dalam fase-fase sebelumnyatelah
mempersiapkan diri agar peran ’abdullah dapat optimal, mampu berpikir bersifat
tauhidik, memahami dan menjalankan perintah-perintah Allah dan hukum-hukum
Allah dengan baik.
Menurut Siti
Partini Suardiman masa ini adalah:
a. Usia produktif atau masa kesuburan sehingga
siap menjadi ayah atau ibu dalam mengasuh dan mendidik anak.
b.
Usia
memantapkan letak kedudukan yang mantap.
c.
Usia banyak
masalah, serta adanya persoalan yang pernah dialami pada masa lalu mungkin
berlanjut, serta adanya problem baru. Yaitu yang berhubungan dengan rumah
tangga baru, hubungan sosial, keluarga, pekerjaan, dan faktor kesempatan,
demikian pula faktor intern.
d. Usia tegang dalam emosi mengalami
ketegangan emosi yang berhubungan dengan persoalan-persoalan yang dihadapi.
Misalnya persoalan jabatan, karier, sosial, teman.
5. Tugas-tugas perkembangan dewasa awal.
Menurut
Havighurst (Turner dan Helms, 1995) mengemukakan tugas-tugas perkembangan
dewasa muda, diantaranya :
a. Memilih teman bergaul
(sebagai calon suami atau istri).
Setelah melewati masa
remaja, golongan dewasa muda semakin memiliki kematangan fisiologis (seksual)
sehingga mereka siap melakukan tugas reproduksi, yaitu mampu melakukan hubungan
seksual dengan lawan jenisnya. Dia mencari pasangan untuk bisa menyalurkan
kebutuhan biologis.
Mereka akan berupaya
mencari calon teman hidup yang cocok untuk dijadikan pasangan dalam perkawinan
ataupun untuk membentuk kehidupan rumah tangga berikutnya. Mereka akan
menentukan kriteria usia pendidikan, pekerjaan, atau suku bangsa tertentu,
sebagai prasyarat pasangan hidupnya. Setiap orang mempunyai kriteria yang
berbeda-beda.
b.
Belajar hidup bersama dengan suami istri.
Dari pernikahannya, dia
akan saling menerima dan memahami pasangan masing-masing, saling menerima
kekurangan dan saling bantu membantu membangun rumah tangga. Terkadang terdapat
batu saandungan yang tidak bisa dilewati, sehingga berakibat pada perceraian.
Ini lebih banyak diakibatkan oleh ketidak siapan atau ketidak dewasaan dalam
menanggapi masalah yang dihadapi bersama.
c. Mulai hidup dalam keluarga atau
hidup berkeluarga.
Masa dewasa yang
memiliki rentang waktu sekitar 20 tahun (20 – 40) dianggap sebagai rentang yang
cukup panjang. Terlepas dari panjang atau pendek rentang waktu tersebut,
golongan dewasa muda yang berusia di atas 25 tahun, umumnya telah menyelesaikan
pendidikannya minimal setingkat SLTA (SMU-Sekolah Menengah Umum), akademi atau
universitas. Selain itu, sebagian besar dari mereka yang telah menyelesaikan
pendidikan, umumnya telah memasuki dunia pekerjaan guna meraih karier
tertinggi.
Dari sini, mereka
mempersiapkan dan membuktikan diri bahwa mereka sudah mandiri secara ekonomis,
artinya sudah tidak bergantung lagi pada orang tua. Sikap yang mandiri ini
merupakan langkah positif bagi mereka karena sekaligus dijadikan sebagai
persiapan untuk memasuki kehidupan rumah tangga yang baru. Belajar mengasuh anak-anak.
d. Mengelola rumah tangga.
Setelah menjadi
pernikahan, dia akan berusaha mengelola rumah tangganya. Dia akan berusaha
membentuk, membina, dan mengembangkan kehidupan rumah tangga dengan
sebaik-baiknya agar dapat mencapai kebahagiaan hidup. Mereka harus dapat
menyesuaikan diri dan bekerja sama dengan pasangan hidup masing-masing. Mereka
juga harus dapat melahirkan, membesarkan, mendidik, dan membina anak-anak dalam
keluarga. Selain itu, tetap menjalin hubungan baik dengan kedua orang tua
ataupun saudara-saudaranya yang lain.
e. Mulai bekerja dalam suatu jabatan.
Usai menyelesaikan
pendidikan formal setingkat SMU, akademi atau universitas, umumnya dewasa muda
memasuki dunia kerja, guna menerapkan ilmu dan keahliannya. Mereka berupaya
menekuni karier sesuai dengan minat dan bakat yang dimiliki, serta memberi
jaminan masa depan keuangan yang baik. Bila mereka merasa cocok dengan kriteria
tersebut, mereka akan merasa puas dengan pekerjaan dan tempat kerja.
Sebalik-nya, bila tidak atau belurn cocok antara minat/ bakat dengan jenis
pekerjaan, mereka akan berhenti dan mencari jenis pekerjaan yang sesuai dengan
selera. Tetapi kadang-kadang ditemukan, meskipun tidak cocok dengan latar belakang
ilrnu, pekerjaan tersebut memberi hasil keuangan yang layak {baik), mereka akan
bertahan dengan pekerjaan itu. Sebab dengan penghasilan yang layak (memadai),
mereka akan dapat membangun kehidupan ekonomi rumah tangga yang mantap dan
mapan.
Masa dewasa muda adalah
masa untuk mencapai puncak prestasi. Dengan semangat yang menyala-nyala dan
penuh idealisme, mereka bekerja keras dan bersaing dengan teman sebaya (atau
kelompok yang lebih tua) untuk menunjukkan prestasi kerja. Dengan mencapai
prestasi kerja yang terbaik, mereka akan mampu memberi kehidupan yang
makmur-sejahtera bagi keluarganya.
f. Mulai bertangung jawab sebagai warga
Negara secara layak
Warga negara yang baik
adalah dambaan bagi setiap orang yang ingin hidup tenang, damai, dan bahagia di
tengah-tengah masyarakat. Warga negara yang baik adalah warga negara yang taat
dan patuh pada tata aturan perundang-undangan yang ber-laku. Hal ini diwujudkan
dengan cara-cara, seperti:
1. Mengurus dan memiliki
surat-surat kewarganegaraan (KTP, akta kelahiran, surat paspor/visa bagi yang
akan pergi ke luar negeri).
2. Membayar pajak (pajak
televisi, telepon, listrik, air. pajak kendaraan bermotor, pajak penghasilan).
3. Menjaga ketertiban dan
keamanan masyarakat dengan mengendalikan diri agar tidak tercela di mata
masyarakat
4. Mampu menyesuaikan diri
dalam pergaulan sosial di masyarakat (ikut terlibat dalam kegiatan gotong
royong, kerja bakti membersihkan selokan, memperbaiki jalan, dan sebagainya).
Tugas-tugas perkembangan tersebut
merupakan tuntutan yang harus dipenuhi seseorang, sesuai dengan norma
sosial-budaya yang berlaku di masyarakat. Bagi orang tertentu, yang menjalani
ajaran agama (rnisalnya hidup sendiri/selibat), mungkin tidak mengikuti tugas
perkembangan bagian ini, yaitu mencari pasangan hidup dan membina kehidupan
rumah tangga.
g. Memperoleh kelompok sosial yang
seirama dengan nilai-nilai pahamnya
Masa dewasa awal ditandai juga
dengan membntuk kelompok-kelompok yang sesuai dengan nilai-nilai yang
dianutnya. Salah satu contohnya adalah membentuk ikatan sesuai dengan profesi
dan keahlian.
6. Peran
pendidikan
Pada dewasa
muda, sudah memiliki tingkat kesadaran moral, spiritual dan agama. Pada fase
ini, peran pendidikan dewasa muda sangat diperlukan. Untuk mendapatkan pengetah uan yang lebih,
maka diperolehlah dengan cara pendidikan. Sehingga menjadikan orang dewasa
mampu umtuk berintelektual dan membimbing anak-anaknya dalam rumah tangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar