Selasa, 15 September 2015

PERKEMBANGAN SPIRITUAL PERIODE DEWASA DINI (18-40 TH)




A. Masa Dewasa Dini.
1. Perkembangan fisik
Dewasa awal berusia 18-40 tahun. Puncak kemampuan fisik individu dapat dicapai antara usia 18-40 tahun, yang diikuti dengan kesehatan yang baik.
Golongan dewasa awal telah mencapai puncak kekuatan, energi, dan ketekunan yang prima. Secara fisik, mereka mempunyai kekuatan tubuh yang prima sehingga mereka giat melakukan berbagai kegiatan seolah-olah tidak mengenal rasa lelah. Barangkali, berbagai kegiatannya sangat padat dan masing-masing harus memperoleh perhatian serius. Namun, mereka tetap tekun dalam melakukan aktivitas-aktivitasnya itu sampai menghabiskan banyak waktu, energi, atau biaya. Akibatnya mereka bekerja sampai malam bahkan kadang-kadang lupa mengurus dirinya sendiri. Hal itu karena ditopang oleh kondisi fisik yang sehat juga didukung kemauan dan ketekunan yang luar biasa (motivation, commitment, endurance).
2.    Perkembangan Kognitif.
Warner schaie (dalam Hoffman, Paris, dan Hall, 1994:Papalia, Olds, dan Feldman, 2001:Santrock, 1999) berdasarkan pandangan Jean Piaget, mengemukakan tahap perkembangan kognitif. Perkembangan kognitif tersebut dikaitkan dengan kehidupan pekerjaan yang dialami individu semasa muda. Schaie membagi tahap perkembangan kognitif dewasa awal menjadi beberapa tahap, yaitu:
a.       Tahap menguasai pengetahuan dan keterampilan (acquisitive, 6-25 tahun).
Yang dimaksud dengan tahap acquisitive adalah tahap yang terjadi pada masa anak-anak dan masa remaja (bahkan dewasa awal) dan mereka berusaha mengetahui pengetahuan dan ketrampilan melalui jalur pendidikan (formal dan nonformal) guna mempersiapkan masa depannya, terutama ketika mereka bekerja dalam lembaga-lembaga sosial masyarakat. Dalam hal ini peran orang tua sangat penting dalam memberi semangat dan dukungan anak-anaknya agar memperoleh pendidikan terbaik. Demikian pula tersedianya lembaga-lembaga pendidikan yang baik di masyarakat akan dapat menguntungkan bagi terciptanya kualitas sumber daya manusia yang andal.
b.      Tahap pencapaian prestasi (achieving stage, 24-34 tahun).
Masa pencapaian prestasi dianggap sebagai kemampuan untuk mempraktikkan seluruh potensi intelektual, bakat, minat, pengetahuan, dan ketrampilan yang diperoleh selama masa akuisitif ke dalam dunia karier. Individu telah menempuh pendidikan formal jenjang akademi, atau universitas, kemudian ia mulai memasuki jenis pekerjaan praktis. Ia mencoba menerapkan ilmu dan ketrampilannya, apakah cocok atau tidak, dengan jenis pekerjaan yang dihadapinya.

c.     Tahap tanggung jawab (responsibility stage).
Sebagai makhluk sosial, mau tak mau seseorang harus mampu mempertanggung jawabkan segala tindakannya secara etika, moral kepada masyarakat.
Demikian pula orang yang memasuki masa dewasa awal, akan dituntut rasa tanggung jawabnya sebagai individu yang bekerja di lembaga sosial tempat ia bekerja, serta dituntut tanggung jawabnya sebagai individu yang telah membina kehidupan rumah tangga. Jadi, yang disebut dengan masa tanggung jawab, menuru schaie adalah rasa tanggung jawab yang harus diwujudkan dalam kehidupan masa dewasa awal sebagai seorang yang bekerja di lingkungan lembaga sosial-pekerjaan ataupun lembaga sosial keluarga. Hal ini dicapai masa dewasa awal hingga masa dewasa menengah.
3.   Perkembangan Emosi, Sosial, dan Moral
                Pada masa dewasa ini, perkembangan emosi, sosial, dan moral sangat berkaitan berbagai macam perubahan dari masa sebelumnya, yaitu masa remaja. Hal ini saja menimbulkan minat-minat yang berbeda yang menjadi fokus pada masa usia dini. Adapun kondisi-kondisi yang mempengaruhi perubahan minat adalah perubahan kondisi kesehatan, perubahan status sosial ekonomi, perubahan dalam pola kehidupan, perubahan dalam nilai, perubahan peran seks, perubahan status dari belum nikah ke status menikah, menjadi orang tua, perubahan tekanan budaya dan lingkungan.
Untuk perkembangan sosialnya, sebagaimana yang ditekankan oleh erikson, masa dewasa dini merupakan masa krisis isolasi (Hurlock, 1991). Hal ini dikarenakan kegiatan sosial pada masa dewasa dini sering dibatasi karena berbagai tekanan pekerjaan, dan keluarg.
4.    Ciri khas perkembangan dewasa awal.
Dalam psikologi Islam, dewasa awal disebut fase taklif, fase di mana seseorang telah menjadi manusia dewasa telah dikenai kewajiban sebagai ’abdullah dan sebagai khalifah di bumi, dalam proses menjadi pribadi yang berkualitas. Fase ini akan dapat dijalani oleh seseorang dengan baik bila dalam fase-fase sebelumnyatelah mempersiapkan diri agar peran ’abdullah dapat optimal, mampu berpikir bersifat tauhidik, memahami dan menjalankan perintah-perintah Allah dan hukum-hukum Allah dengan baik.
Menurut Siti Partini Suardiman masa ini adalah:
a.   Usia produktif atau masa kesuburan sehingga siap menjadi ayah atau ibu dalam mengasuh dan mendidik anak.
b.      Usia memantapkan letak kedudukan yang mantap.
c.       Usia banyak masalah, serta adanya persoalan yang pernah dialami pada masa lalu mungkin berlanjut, serta adanya problem baru. Yaitu yang berhubungan dengan rumah tangga baru, hubungan sosial, keluarga, pekerjaan, dan faktor kesempatan, demikian pula faktor intern.
d.   Usia tegang dalam emosi mengalami ketegangan emosi yang berhubungan dengan persoalan-persoalan yang dihadapi. Misalnya persoalan jabatan, karier, sosial, teman.
5.  Tugas-tugas perkembangan dewasa awal.
Menurut Havighurst (Turner dan Helms, 1995) mengemukakan tugas-tugas perkembangan dewasa muda, diantaranya :
a.  Memilih teman bergaul (sebagai calon suami atau istri).
Setelah melewati masa remaja, golongan dewasa muda semakin memiliki kematangan fisiologis (seksual) sehingga mereka siap melakukan tugas reproduksi, yaitu mampu melakukan hubungan seksual dengan lawan jenisnya. Dia mencari pasangan untuk bisa menyalurkan kebutuhan biologis.
Mereka akan berupaya mencari calon teman hidup yang cocok untuk dijadikan pasangan dalam perkawinan ataupun untuk membentuk kehidupan rumah tangga berikutnya. Mereka akan menentukan kriteria usia pendidikan, pekerjaan, atau suku bangsa tertentu, sebagai prasyarat pasangan hidupnya. Setiap orang mempunyai kriteria yang berbeda-beda.
b.  Belajar hidup bersama dengan suami istri.
Dari pernikahannya, dia akan saling menerima dan memahami pasangan masing-masing, saling menerima kekurangan dan saling bantu membantu membangun rumah tangga. Terkadang terdapat batu saandungan yang tidak bisa dilewati, sehingga berakibat pada perceraian. Ini lebih banyak diakibatkan oleh ketidak siapan atau ketidak dewasaan dalam menanggapi masalah yang dihadapi bersama.
c.     Mulai hidup dalam keluarga atau hidup berkeluarga.
Masa dewasa yang memiliki rentang waktu sekitar 20 tahun (20 – 40) dianggap sebagai rentang yang cukup panjang. Terlepas dari panjang atau pendek rentang waktu tersebut, golongan dewasa muda yang berusia di atas 25 tahun, umumnya telah menyelesaikan pendidikannya minimal setingkat SLTA (SMU-Sekolah Menengah Umum), akademi atau universitas. Selain itu, sebagian besar dari mereka yang telah me­nyelesaikan pendidikan, umumnya telah memasuki dunia pekerjaan guna meraih karier tertinggi.
Dari sini, mereka mempersiapkan dan membuktikan diri bahwa mereka sudah mandiri secara ekonomis, artinya sudah tidak bergantung lagi pada orang tua. Sikap yang mandiri ini merupakan langkah positif bagi mereka karena sekaligus dijadikan sebagai persiapan untuk memasuki kehidupan rumah tangga yang baru. Belajar mengasuh anak-anak.
d.   Mengelola rumah tangga.
Setelah menjadi pernikahan, dia akan berusaha mengelola rumah tangganya. Dia akan berusaha membentuk, membina, dan mengembangkan kehidupan rumah tangga dengan sebaik-baiknya agar dapat mencapai kebahagiaan hidup. Mereka harus dapat menyesuaikan diri dan bekerja sama dengan pasangan hidup masing-masing. Mereka juga harus dapat melahirkan, membesarkan, mendidik, dan membina anak-anak dalam keluarga. Selain itu, tetap menjalin hubungan baik dengan kedua orang tua ataupun saudara-saudaranya yang lain.
e.    Mulai bekerja dalam suatu jabatan.
Usai menyelesaikan pendidikan formal setingkat SMU, akademi atau universitas, umumnya dewasa muda memasuki dunia kerja, guna menerapkan ilmu dan keahliannya. Mereka ber­upaya menekuni karier sesuai dengan minat dan bakat yang dimiliki, serta memberi jaminan masa depan keuangan yang baik. Bila mereka merasa cocok dengan kriteria tersebut, mereka akan merasa puas dengan pekerjaan dan tempat kerja. Sebalik-nya, bila tidak atau belurn cocok antara minat/ bakat dengan jenis pekerjaan, mereka akan berhenti dan mencari jenis pekerjaan yang sesuai dengan selera. Tetapi kadang-kadang ditemukan, meskipun tidak cocok dengan latar belakang ilrnu, pekerjaan tersebut memberi hasil keuangan yang layak {baik), mereka akan bertahan dengan pekerjaan itu. Sebab dengan penghasilan yang layak (memadai), mereka akan dapat membangun kehidupan ekonomi rumah tangga yang mantap dan mapan.
Masa dewasa muda adalah masa untuk mencapai puncak prestasi. Dengan semangat yang menyala-nyala dan penuh idealisme, mereka bekerja keras dan bersaing dengan teman sebaya (atau kelompok yang lebih tua) untuk menunjukkan prestasi kerja. Dengan mencapai prestasi kerja yang terbaik, mereka akan mampu memberi kehidupan yang makmur-sejahtera bagi keluarganya.
f.    Mulai bertangung jawab sebagai warga Negara secara layak
Warga negara yang baik adalah dambaan bagi setiap orang yang ingin hidup tenang, damai, dan bahagia di tengah-tengah masyarakat. Warga negara yang baik adalah warga negara yang taat dan patuh pada tata aturan perundang-undangan yang ber-laku. Hal ini diwujudkan dengan cara-cara, seperti:
1. Mengurus dan memiliki surat-surat kewarganegaraan (KTP, akta kelahiran, surat paspor/visa bagi yang akan pergi ke luar negeri).
2.    Membayar pajak (pajak televisi, telepon, listrik, air. pajak kendaraan bermotor, pajak penghasilan).
3.    Menjaga ketertiban dan keamanan masyarakat dengan mengendalikan diri agar tidak tercela di mata masyarakat
4.    Mampu menyesuaikan diri dalam pergaulan sosial di masyarakat (ikut terlibat dalam kegiatan gotong royong, kerja bakti membersihkan selokan, memperbaiki jalan, dan sebagainya).
Tugas-tugas perkembangan tersebut merupakan tuntutan yang harus dipenuhi seseorang, sesuai dengan norma sosial-budaya yang berlaku di masyarakat. Bagi orang tertentu, yang menjalani ajaran agama (rnisalnya hidup sendiri/selibat), mungkin tidak mengikuti tugas perkembangan bagian ini, yaitu mencari pasangan hidup dan membina kehidupan rumah tangga.
g.   Memperoleh kelompok sosial yang seirama dengan nilai-nilai pahamnya
Masa dewasa awal ditandai juga dengan membntuk kelompok-kelompok yang sesuai dengan nilai-nilai yang dianutnya. Salah satu contohnya adalah membentuk ikatan sesuai dengan profesi dan keahlian.
6.   Peran pendidikan
Pada dewasa muda, sudah memiliki tingkat kesadaran moral, spiritual dan agama. Pada fase ini, peran pendidikan dewasa muda sangat diperlukan. Untuk mendapatkan pengetah uan yang lebih, maka diperolehlah dengan cara pendidikan. Sehingga menjadikan orang dewasa mampu umtuk berintelektual dan membimbing anak-anaknya dalam rumah tangga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar