Selasa, 15 September 2015

FILSAFAT ESTETIKA (KEINDAHAN)



BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN ESTETIKA
Estetika dari kata Yunani aesthesis atau pengamatan adalah cabang filsafat yang berbicara tentang keindahan. Objek dari estetika adalah pengalaman akan keindahan. Dalam estetika yang dicari adalah hakikat dan keindahan, bentuk-bentuk pengalaman, keindahan (seperti keindahan jasmani dan keindahan alam dan keindahan seni), diselidiki emosi manusia sebagai reaksi terhadap yang indah, agung, tragis, bagus, mengharukan, dan sebagainya.[1]
Estetika adalah salah satu cabang filsafat. Secara sederhana, estetika adalah ilmu yang membahas keindahan, bagaimana ia bisa terbentuk, dan bagaimana seseorang bisa merasakannya. Pembahasan lebih lanjut mengenai estetika adalah sebuah filosofi yang mempelajari nilai-nilai sensoris, yang kadang dianggap sebagai penilaian terhadap sentimen dan rasa. Estetika merupakan cabang yang sangat dekat dengan filosofi seni.
Dalam estetika dibedakan menjadi estetika deskriptif dan estetika normatif. Estetika deskriptif menggambarkan gejala-gejala pengalaman keindahan, sedangkan estetika normatif mencari dasar pengalaman itu. Misalnya ditanyakan apakah keindahan itu akhirnya  sesuatu yang objektif (terletak dalam lukisan) atau justru subjektif (terletak dalam manusia itu sendiri).

B.     PENGERTIAN KEINDAHAN
Menurut etimologi keindahan berasal dari bahasa latin yang berarti kebaikan. Sedangkan menurut cakupannya dibedakan keindahan sebagai suatu kualitas yang abstrak (beauty) dan sebagai sebuah benda tertentu yang indah (the beautiful).
Berikut beberapa definisi menurut para ahli sebagai berikut :
1.      Plato (428-348)
Pandangan Plato tentang keindahan dibagi menjadi dua. Menurut pandangan pertama, yang indah adalah benda material, umpamanya tubuh manusia, tampak pada saya, lebih jauh lagi yang lebih indah daripada itu adalah jiwa lalu yang paling indah adalah idea yang indah. Adapun pandangan kedua, bahwa yang indah dan sumber segala keindahan adalah yang paling sederhana, umpamanya nada yang sederhana, warna yang sederhana.
2.      Aristoteles (384-322)
Pandangan keindahan Aristoteles agak dekat dengan pandangan kedua Plato, keindahan menyangkut keseimbangan dan keteraturan ukuran, yakni ukuran material. Pandangan ini berlaku untuk benda-benda alam maupun untuk karya seni buatan manusia.
3.      Plotinos(205-270)
Dia memiliki pemikiran tentang keindahan berangkat dari kenyataan duniawi yang kita saksikan dan yang kita alami sehari-hari. Keindahan itu dapat ditemukan baik dalam keadaan terlihat maupun yang terdengar, bahkan dalam watak dan tingkah laku manusia. Platinos mendekatkan pengalaman estetis dengan pengalaman religius.
4.      Thomas Aquinas (1225-1274)
Rumusan thomas yang terkenal adalah: “keindahan berkaitan dengan pengetahuan, kita menyebut sesuatu itu indah jika sesuatu itu menyenangkan mata sang pengamat”. “keindahan harus mencakup tiga kualitas: integritas atau kelengkapan, proporsi, atau keselarasan yang benar dan kecemelangan”. Disini peranan objek keindahan nampak mencolok. Adapun kutipan yang lain, “keindahan terjadi jika pengarahan di subyek muncul lewat kontemplasi atau pengetahuan inderawi. Thomas mengajukan peranan dan rasa si subyek dalam proses terjadinya keindahan. Ia menggarisbawahi betapa pentingnya pengetahuan dan pengalaman empiris-aposteriori yang terjadi dalam diri manusia.
5.      Masa modern
Pada masa modern, keindahan banyak dilihat dari pandangan para seniman dan rasionalitas yang terdapat di dalam keindahan tersebut. Menurut Leon Battista Alberti, untuk menikmati keindahan karya seni, haruslah dapat mengamati keselarasannya dan dituntut memiliki “cita rasa keindahan”.

Meskipun awalnya sesuatu yang indah dinilai dari aspek teknis dalam membentuk suatu karya, namun perubahan pola pikir dalam masyarakat akan turut mempengaruhi penilaian terhadap keindahan. Misalnya pada masa romantisme di Perancis, keindahan berarti kemampuan menyajikan sebuah keagungan. Pada masa realisme, keindahan berarti kemampuan menyajikan sesuatu dalam keadaan apa adanya. Pada masa maraknya de Stijl di Belanda, keindahan berarti kemampuan mengkomposisikan warna dan ruang dan kemampuan mengabstraksi benda.
Perkembangan lebih lanjut menyadarkan bahwa keindahan tidak selalu memiliki rumusan tertentu. Ia berkembang sesuai penerimaan masyarakat terhadap ide yang dimunculkan oleh pembuat karya. Karena itulah selalu dikenal dua hal dalam penilaian keindahan, yaitu the beauty, suatu karya yang memang diakui banyak pihak memenuhi standar keindahan dan the ugly, suatu karya yang sama sekali tidak memenuhi standar keindahan dan oleh masyarakat banyak biasanya dinilai buruk, namun jika dipandang dari banyak hal ternyata memperlihatkan keindahan.
Keindahan menurut luasnya dibagi menjadi 3 yaitu sebagai berikut:[2]
1.      Keindahan dalam arti tertentu.
Keindahan merupakan pengertian yang berawal dari bangsa yunani dahulu yang didalamnya tercakup ide kebaikan. Bangsa yunani juga mengenal pengertian keindahan dalam arti estetis yang disebut Syimmertia untuk keindahan yang berdasarkan penglihatan, harmonia untuk keindahan berdasarkan pendengaran. Jadi pengertian keindahan yang seluas-luasnya meliputi keindahan seni, alam, moral dan intelektual.
2.      Keindahan dalam arti estetis murni
3.      Keindahan dalam arti terbatas dalam hubungannya dengan penglihatan


C.     TEORI KEINDAHAN[3]
1.      Teori Subjektif dan Objektif
2.      Teori Perimbangan
3.      Teori Bentuk Estetis

upppppsss sorry yy g lengkap postingnya kali ne :-)


[1] Surajiyo.2005.Ilmu Filsafat.(Jakarta:Bumu Aksara). Hal.101
[2] Ibid
[3] Surajiyo, 2005. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. Jakarat :Bumi Aksara. Hal.104

Tidak ada komentar:

Posting Komentar