BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
ESTETIKA
Estetika dari
kata Yunani aesthesis atau pengamatan adalah cabang filsafat yang
berbicara tentang keindahan. Objek dari estetika adalah pengalaman akan
keindahan. Dalam estetika yang dicari adalah hakikat dan keindahan,
bentuk-bentuk pengalaman, keindahan (seperti keindahan jasmani dan keindahan
alam dan keindahan seni), diselidiki emosi manusia sebagai reaksi terhadap yang
indah, agung, tragis, bagus, mengharukan, dan sebagainya.[1]
Estetika
adalah salah satu cabang filsafat. Secara sederhana, estetika adalah ilmu yang
membahas keindahan, bagaimana ia bisa terbentuk, dan bagaimana seseorang bisa
merasakannya. Pembahasan lebih lanjut mengenai estetika adalah sebuah filosofi
yang mempelajari nilai-nilai sensoris, yang kadang dianggap sebagai penilaian
terhadap sentimen dan rasa. Estetika merupakan cabang yang sangat dekat dengan
filosofi seni.
Dalam estetika
dibedakan menjadi estetika deskriptif dan estetika normatif. Estetika
deskriptif menggambarkan gejala-gejala pengalaman keindahan, sedangkan estetika
normatif mencari dasar pengalaman itu. Misalnya ditanyakan apakah keindahan itu
akhirnya sesuatu yang objektif (terletak
dalam lukisan) atau justru subjektif (terletak dalam manusia itu sendiri).
B. PENGERTIAN
KEINDAHAN
Menurut
etimologi keindahan berasal dari bahasa latin yang berarti kebaikan. Sedangkan
menurut cakupannya dibedakan keindahan sebagai suatu kualitas yang abstrak
(beauty) dan sebagai sebuah benda tertentu yang indah (the beautiful).
Berikut beberapa
definisi menurut para ahli sebagai berikut :
1. Plato (428-348)
Pandangan Plato tentang keindahan dibagi menjadi dua. Menurut pandangan
pertama, yang indah adalah benda material, umpamanya tubuh manusia, tampak pada
saya, lebih jauh lagi yang lebih indah daripada itu adalah jiwa lalu yang
paling indah adalah idea yang indah. Adapun pandangan kedua, bahwa yang indah
dan sumber segala keindahan adalah yang paling sederhana, umpamanya nada yang
sederhana, warna yang sederhana.
2. Aristoteles (384-322)
Pandangan keindahan Aristoteles agak dekat dengan pandangan kedua Plato,
keindahan menyangkut keseimbangan dan keteraturan ukuran, yakni ukuran
material. Pandangan ini berlaku untuk benda-benda alam maupun untuk karya seni
buatan manusia.
3. Plotinos(205-270)
Dia memiliki pemikiran tentang keindahan berangkat dari kenyataan duniawi
yang kita saksikan dan yang kita alami sehari-hari. Keindahan itu dapat
ditemukan baik dalam keadaan terlihat maupun yang terdengar, bahkan dalam watak
dan tingkah laku manusia. Platinos mendekatkan pengalaman estetis dengan
pengalaman religius.
4. Thomas Aquinas (1225-1274)
Rumusan thomas yang terkenal adalah: “keindahan berkaitan dengan
pengetahuan, kita menyebut sesuatu itu indah jika sesuatu itu menyenangkan mata
sang pengamat”. “keindahan harus mencakup tiga kualitas: integritas atau
kelengkapan, proporsi, atau keselarasan yang benar dan kecemelangan”. Disini
peranan objek keindahan nampak mencolok. Adapun kutipan yang lain, “keindahan
terjadi jika pengarahan di subyek muncul lewat kontemplasi atau pengetahuan
inderawi. Thomas mengajukan peranan dan rasa si subyek dalam proses terjadinya
keindahan. Ia menggarisbawahi betapa pentingnya pengetahuan dan pengalaman
empiris-aposteriori yang terjadi dalam diri manusia.
5.
Masa modern
Pada masa modern, keindahan banyak dilihat dari pandangan para seniman dan
rasionalitas yang terdapat di dalam keindahan tersebut. Menurut Leon Battista
Alberti, untuk menikmati keindahan karya seni, haruslah dapat mengamati
keselarasannya dan dituntut memiliki “cita rasa keindahan”.
Meskipun awalnya
sesuatu yang indah dinilai dari aspek teknis dalam membentuk suatu karya, namun
perubahan pola pikir dalam masyarakat akan turut mempengaruhi penilaian
terhadap keindahan. Misalnya pada masa romantisme di Perancis, keindahan
berarti kemampuan menyajikan sebuah keagungan. Pada masa realisme, keindahan
berarti kemampuan menyajikan sesuatu dalam keadaan apa adanya. Pada masa
maraknya de Stijl di Belanda, keindahan berarti kemampuan mengkomposisikan
warna dan ruang dan kemampuan mengabstraksi benda.
Perkembangan
lebih lanjut menyadarkan bahwa keindahan tidak selalu memiliki rumusan
tertentu. Ia berkembang sesuai penerimaan masyarakat terhadap ide yang
dimunculkan oleh pembuat karya. Karena itulah selalu dikenal dua hal dalam
penilaian keindahan, yaitu the beauty, suatu karya yang memang diakui banyak
pihak memenuhi standar keindahan dan the ugly, suatu karya yang sama sekali
tidak memenuhi standar keindahan dan oleh masyarakat banyak biasanya dinilai
buruk, namun jika dipandang dari banyak hal ternyata memperlihatkan keindahan.
Keindahan
menurut luasnya dibagi menjadi 3 yaitu sebagai berikut:[2]
1.
Keindahan dalam arti tertentu.
Keindahan
merupakan pengertian yang berawal dari bangsa yunani dahulu yang didalamnya
tercakup ide kebaikan. Bangsa yunani juga mengenal pengertian keindahan dalam
arti estetis yang disebut Syimmertia untuk keindahan yang berdasarkan
penglihatan, harmonia untuk keindahan berdasarkan pendengaran. Jadi
pengertian keindahan yang seluas-luasnya meliputi keindahan seni, alam, moral
dan intelektual.
2.
Keindahan dalam arti estetis murni
3.
Keindahan dalam arti terbatas dalam
hubungannya dengan penglihatan
C. TEORI
KEINDAHAN[3]
1.
Teori Subjektif dan Objektif
2.
Teori Perimbangan
3.
Teori Bentuk Estetis
upppppsss sorry yy g lengkap postingnya kali ne :-)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar