PENGANTAR
TEORI KEPRIBADIAN
A.
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Sejak lahirnya psikologi, kepribadian selalu menjadi salah satu
topic yang penting. Psikologi lahir sebagai ilmu yang berusaha memahami manusia
seutuhya, yang hanya dapat dilakukan melalui pemahaman tentang kepribadian.
Teori psikologi kepribadian melahirkan konsep-konsep seperti dinamika-dinamika
pola tingkah laku.[1]
Teori psikologi kepribadian bersikap deskriptif dalam wujud
penggambaran tingkah laku secara sistematis agar mudah difahami, karena tidak
ada tingkah laku yang terjadi begitu
saja tanpa alasan, pasti ada factor-faktor yang menyebabkan. Dan factor-faktor
tersebut harus diletakkan dalam suatu kerangka saling berhubungan agar menjadi
bermakna.
Kepribadian adalah ranah kajian psikologi seperti pemahaman tingkah
laku, fikiran, perasaan dan kegiatan manusia. Teori psikologi kepribadian itu
mempelajari individu secara spesifik seperti siapa dia, apa yang dimilikinya
serta apa yang dikerjakannya.[2]
Kepribadian adalah bagian dari jiwa
yang membangun keberadaan manusia menjadi satu kesatuan dan tidak
terpecah belah dalam fungsi-fungsinya. Memahami kepribadian berarti memahami
manusia seutuhnya. Tapi para ahli kepribadian meyakini paradigma yang
berbeda-beda tentang kepribadian.
2.
Rumusan
Masalah
Dari uraian
diatas dapat pemakalah rumuskan permasalahannya yaitu sebagai berikut :
a.
Bagaimana teori kepribadian menurut Freud ?
b.
Bagaimana teori kepribadian menurut Skinner ?
c.
Bagaimana teori kepribadian menurut Abraham
Maslow ?
B.
PEMBAHASAN
1.
Teori
Kepribadian Freud
a.
Struktur
Kepribadian
Menurut freud, kehidupan jiwa memiliki tingkat kesadaran yaitu
sadar, prasadar dan tidak sadar. Kemudian pada tahun 1923 Freud menyempurnakan
teorinya dengan mengenalkan tiga model structural lain yaitu :[3]
1)
Id
Id adalah system kepribadian yang asli yang dibawa sejak lahir. Id
berada dan beroperasi dalam daerah subjektifitas yang tak pernah disadari
sepanjang usia.[4]
Id beropersi berdasarkan prinsip kenikmatan (pleasure principle) yaitu berusaha
memperoleh kenikmatan dan menghindari rasa sakit.
Id adalah aspek biologis dan merupakan sistem original
dalam kepribadian dan dari aspek ini kedua aspek lain tumbuh. Id hanya memburu
hawa nafsunya saja tanpa menilai hal tersebut baik atau buruk. Ia merupakan
bagian ketidaksadaran yang primitif di dalam pikiran, yang terlahir bersama
individu
2)
Ego
Ego berkembang dari Id agar orang mampu menangani realita, sehingga
ego beroperasi mengikuti prinsip realita (reality principle) yaitu usaha untuk
memperoleh kepuasan yang dituntut id dengan mencegah yang dapat menunda
kenikmatan sampai benar-benar menemukan hal yang nyata yang dapat memuaskan
kebutuhan.[5]
Ego merupakan aspek psikologis yang timbul karena
kebutuhan organisme untuk berhubungan secara baik dengan dunia kenyataan. Ego
dapat membedakan sesuatu yang hanya ada di dalam dunia batin dan sesuatu yang
ada di dunia luar. Peran utama ego adalah menjadi jembatan antara kebutuhan insting
dengan keadaan lingkungan, demi kepentingan adanya organisme.
3)
Super
Ego
Super Ego adalah kekuatan moral dan etik dari kepribadian, yang
beroperasi memakai prinsip idelistik (idealistic principle). Super Ego
berkkembang dari ego.
Adapun superego
menurut Palmquist adalah bagian dari jiwa manusia yang dihasilkan dalam
menanggapi pengaruh orangtua, guru, dan figur-figur otoritas lainnya pada masa
anak-anak. Inilah gudang psiki bagi semua pandangan tentang yang benar dan yang
salah.
Superego adalah cabang moral atau hukum dari kepribadian.
Superego merepresentasikan hal yang ideal, dan mendorongnya bukan kepada
kesenangan, melainkan kepada kesempurnaan. Superego berkaitan dengan
imbalan-imbalan dan hukuman-hukuman. Imbalan-imbalannya adalah perasaan-perasaan
bangga dan mencintai diri, sedangkan hukuman-hukumannya adalah
perasaan-perasaan berdosa dan rendah diri.
2.
Teori
Kepribadian Skinner
a.
Asumsi
Dassar
Skinner bekerja dengan tiga asumsi dasar, dimana asumsi dasar,
dimana semua asumsi tersebut menggunakan pendekatan ilmiah.
1)
Tingkah
laku itu mengikuti hukum tertentu (behavior is lawful). Yaitu ilmu adalah usaha
untuk menemukan keteraturan yang menunjukkan bahwa peristiwa tertentu
berhubungan secara teratur dengan peristiwa lain.
2)
Tingkah
laku dapat diramalkan (behavior can be predicted). Yaitu ilmu bukan hanya
menjelaskan, tapi juga meramalkan. Bukan hanya menangani peristiwa masa lalu
tapi juga masa yang akan datang.
3)
Tingkah
laku dapat dikontrol (behavior can be controlled). Yaitu ilmu dapat melakukan
antisipasi dan menentukan/membentuk sedikit banyak tingkah laku seseorang.
b.
Struktur
kepribadian[6]
1)
Tingkah
laku reponden (responden behavior) yaiyu respon yang dihasilkan organism
untuk menjawab stimulus yang berhubungan langsung dengan respon tersebut.
Misalnya mengelak saat dipukul, malu saat dipuji, dll.
2)
Tingkah
laku operan (operan behavior) yaitu respon yang dimunculkan organisme
tanpa adanya stimulus spesifik yang langsung memaksa terjadinya respon.
c.
Kondisi
Kepribadian
1)
Kesadaran Diri
Skinner yakin bahwa manusia tidak
hanya memiliki kesadaran tetapi juga sadar akan keberadaan kesadaran tersebut.
Mereka tidak hanya sadar akan lingkungannya tetapi juga sadar bahwa dirinya
bagian dari lingkungan tersebu. Perilaku adalah fungsi dari lingkungan, dan
bagian dari lingkungan itu sendiri. Setiap pribadi secara subjektif sadar
akan pemikiran, perasaan, rekoleksi, dan intensi mereka sendiri.
2) Dorongan-Dorongan
Skinner dorongan dapat
memperlihatkan efek-efek dari kondisi kekurangan dan berkelimpahan dan kepada
probabilitas bahwa organisme akan meresponnya. Namun begitu, kondisi kekurangan
dan berkelimpahan tidak hanya berkaitan dengan aktivitas makan. Faktor-faktor
lain yang meningkatkan atau menurunkan probabilitas makan adalah kondisi lapar
yang bisa diamati secara internal, ketersediaan makanan dan pengalaman
sebelumnya dengan makanan sebagai penguat.
3) Emosi
Skinner
mengakui keberadaan emosi-emosi subjektif namun, dia menekankan bahwa perilaku
tidak harus diletakkan padanya. Skinner menerima keberadaan emosi
berdasarkan kebutuhan kuat terhadap perjuangan mempertahankan hidup dan
kebutuhan kuat terhadap penguatan. Di tingkatan individu, perilaku yang diikuti
keriangan, kegembiraan, kesenangan, dan emosi menyenangkan lain cenderung
diperkuat, karenanya meningkatkan probabilitas perilaku-perilaku ini muncul
dalam hidup individu.
4) Tujuan
dan Niat
Skinner juga mengakui konsep tujuan
dan niat namun, lagi-lagi, dia tidak setuju jika kita melekatkan perilaku
kepadanya. Tujuan dan niat hadir dalam diri tetapi bukan faktor utama yang
mengarahkan perilaku keluar melainkan berfungsi sebagai penguat. Tujuan dapat
menjadi penguat, contohnya jika anda percaya tujuan melakukan joggingadalah
menjadi sehat dan hidup lebih lama. Dari sini kita akan berjogging lantaran
tujuan perse sudah menjadi stimulus penguat. Apalagi saat kita mendapatkan
manfaat dari jogging itu atau menjelaskan alas an bejogging kepada mereka yang
tidak melakukannya.
3.
Teori
Kepribadian Abraham Maslow
a. Individu sebagai Kesatuan Terpadu
Pertama-tama Maslow menekankan bahwa
individu merupakan kesatuan yang terpadu dan terorganisasi, sehingga motivasi
seseorang dalam melakukan sesuatu adalah motivsi individu seutuhnya bukan
bagian darinya.
b. Hirarki Kebutuhan
Maslow mengembangkan teori tentang
bagaimana semua motivasi saling berkaitan. Ia menyebut teorinya sebagai
“hirarki kebutuhan”. Kebutuhan ini mempunyai tingkat yang berbeda-beda. Ketika
satu tingkat kebutuhan terpenuhi atau mendominasi, orang tidak lagi mendapat
motivasi dari kebutuhan tersebut.. Maslow membuat tingkatan kebutuhan manusia
menjadi lima karakteristik. sebagai berikut:
1) Kebutuhan fisiologis
Kebutuhan
fisiologis adalah kebutuhan manusia yang paling mendasar untuk mempertahankan
hidupnya secara fisik, yaitu kebutuhan akan makanan, minuman, tempat tinggal,
seks, tidur, istirahat, dan udara.
2) Kebutuhan akan rasa aman
Setelah
kebutuhan dasariah terpuaskan, muncullah apa yang digambarkan Maslow sebagai
kebutuhan akan rasa aman atau keselamatan. Kebutuhan ini menampilkan diri dalam
kategori kebutuhan akan kemantapan, perlindungan, kebebasan dari rasa takut,
cemas dan kekalutan, kebutuhan akan struktur, ketertiban, hukum, batas-batas,
dan sebagainya.
3) Kebutuhan sosial
Setelah
terpuaskan kebutuhan akan rasa aman, maka kebutuhan sosial yang mencakup
kebutuhan akan rasa memiliki-dimiliki, saling percaya, cinta, dan kasih sayang
akan menjadi motivator penting bagi perilaku.
4) Kebutuhan akan penghargaan
Maslow
membedakan kebutuhan ini menjadi kebutuhan akan penghargaan secara internal dan
eksternal. Yang pertama (internal) mencakup kebutuhan akan harga diri,
kepercayaan diri, kompetensi, penguasaan, kecukupan, prestasi,
ketidaktergantungan, dan kebebasan (kemerdekaan). Yang kedua (eksternal)
menyangkut penghargaan dari orang lain, prestise, pengakuan, penerimaan,
ketenaran, martabat, perhatian, kedudukan, apresiasi atau nama baik.
5) Kebutuhan akan aktualisasi diri
Menurut
Maslow, setiap orang harus berkembang sepenuh kemampuannya. Kebutuhan manusia
untuk tumbuh berkembang, dan menggunakan kemampuannya disebut oleh Maslow
sebagai aktualisasi diri.
C.
PENUTUP
1.
Kesimpulan
psikologi sebagai satu disiplin ilmu yang berdiri sendiri,
dan salah satu bidang penting yang terdapat di dalamnya adalah bidang yang
mempelajari kepribadian. Psikologi kepribadian ini, sama halnya dengan
bidang-bidang psikologi yang lainnya, memberikan sumbangan yang berharga bagi
pemahaman kita tenang manusia melaui kerangka kerja psikologi yang ilmiah,
yakni dengan menggunakan konsep-konsep yang mengarah langsung yang terbuka bagi
pengujian empiris serta menggunakan metode-metode yang sebisa mungkin data
dipercaya (valid) dan memiliki ketepatan.
2.
Saran
Kita selaku pendidik harus berusaha memahami kepribadian peserta
didik kita. Hal ini bertujuan agar kita mudah dan mampu mencapai tujuan
pembelajaran yang di inginkan.
D.
DAFTAR
KEPUSTAKAAN
Alwisol. 2004. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.
Jess Feist. 2010. Teori
Kepribadian. Terjemah Handriatno. Jakarta: Salemba Humanika
Koeswara
1991. Teori Kepribadian. Bandung : PT Eresco
Tidak ada komentar:
Posting Komentar