Senin, 14 September 2015

PENGANTAR TEORI KEPRIBADIAN



PENGANTAR TEORI KEPRIBADIAN

A.    PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
Sejak lahirnya psikologi, kepribadian selalu menjadi salah satu topic yang penting. Psikologi lahir sebagai ilmu yang berusaha memahami manusia seutuhya, yang hanya dapat dilakukan melalui pemahaman tentang kepribadian. Teori psikologi kepribadian melahirkan konsep-konsep seperti dinamika-dinamika pola tingkah laku.[1]
Teori psikologi kepribadian bersikap deskriptif dalam wujud penggambaran tingkah laku secara sistematis agar mudah difahami, karena tidak ada tingkah laku  yang terjadi begitu saja tanpa alasan, pasti ada factor-faktor yang menyebabkan. Dan factor-faktor tersebut harus diletakkan dalam suatu kerangka saling berhubungan agar menjadi bermakna.
Kepribadian adalah ranah kajian psikologi seperti pemahaman tingkah laku, fikiran, perasaan dan kegiatan manusia. Teori psikologi kepribadian itu mempelajari individu secara spesifik seperti siapa dia, apa yang dimilikinya serta apa yang dikerjakannya.[2]
Kepribadian adalah bagian dari jiwa  yang membangun keberadaan manusia menjadi satu kesatuan dan tidak terpecah belah dalam fungsi-fungsinya. Memahami kepribadian berarti memahami manusia seutuhnya. Tapi para ahli kepribadian meyakini paradigma yang berbeda-beda tentang kepribadian.
2.      Rumusan Masalah
Dari uraian diatas dapat pemakalah rumuskan permasalahannya yaitu sebagai berikut :
a.       Bagaimana teori kepribadian menurut Freud ?
b.      Bagaimana teori kepribadian menurut Skinner ?
c.       Bagaimana teori kepribadian menurut Abraham Maslow ?
B.     PEMBAHASAN
1.      Teori Kepribadian Freud
a.       Struktur Kepribadian
Menurut freud, kehidupan jiwa memiliki tingkat kesadaran yaitu sadar, prasadar dan tidak sadar. Kemudian pada tahun 1923 Freud menyempurnakan teorinya dengan mengenalkan tiga model structural lain yaitu :[3]
1)      Id
Id adalah system kepribadian yang asli yang dibawa sejak lahir. Id berada dan beroperasi dalam daerah subjektifitas yang tak pernah disadari sepanjang usia.[4] Id beropersi berdasarkan prinsip kenikmatan (pleasure principle) yaitu berusaha memperoleh kenikmatan dan menghindari rasa sakit.
Id adalah aspek biologis dan merupakan sistem original dalam kepribadian dan dari aspek ini kedua aspek lain tumbuh. Id hanya memburu hawa nafsunya saja tanpa menilai hal tersebut baik atau buruk. Ia merupakan bagian ketidaksadaran yang primitif di dalam pikiran, yang terlahir bersama individu 
2)      Ego
Ego berkembang dari Id agar orang mampu menangani realita, sehingga ego beroperasi mengikuti prinsip realita (reality principle) yaitu usaha untuk memperoleh kepuasan yang dituntut id dengan mencegah yang dapat menunda kenikmatan sampai benar-benar menemukan hal yang nyata yang dapat memuaskan kebutuhan.[5]
Ego merupakan aspek psikologis yang timbul karena kebutuhan organisme untuk berhubungan secara baik dengan dunia kenyataan. Ego dapat membedakan sesuatu yang hanya ada di dalam dunia batin dan sesuatu yang ada di dunia luar. Peran utama ego adalah menjadi jembatan antara kebutuhan insting dengan keadaan lingkungan, demi kepentingan adanya organisme.
3)      Super Ego
Super Ego adalah kekuatan moral dan etik dari kepribadian, yang beroperasi memakai prinsip idelistik (idealistic principle). Super Ego berkkembang dari ego.
Adapun superego menurut Palmquist adalah bagian dari jiwa manusia yang dihasilkan dalam menanggapi pengaruh orangtua, guru, dan figur-figur otoritas lainnya pada masa anak-anak. Inilah gudang psiki bagi semua pandangan tentang yang benar dan yang salah.
Superego adalah cabang moral atau hukum dari kepribadian. Superego merepresentasikan hal yang ideal, dan mendorongnya bukan kepada kesenangan, melainkan kepada kesempurnaan. Superego berkaitan dengan imbalan-imbalan dan hukuman-hukuman. Imbalan-imbalannya adalah perasaan-perasaan bangga dan mencintai diri, sedangkan hukuman-hukumannya adalah perasaan-perasaan berdosa dan rendah diri.

2.      Teori Kepribadian Skinner
a.       Asumsi Dassar
Skinner bekerja dengan tiga asumsi dasar, dimana asumsi dasar, dimana semua asumsi tersebut menggunakan pendekatan ilmiah.
1)      Tingkah laku itu mengikuti hukum tertentu (behavior is lawful). Yaitu ilmu adalah usaha untuk menemukan keteraturan yang menunjukkan bahwa peristiwa tertentu berhubungan secara teratur dengan peristiwa lain.
2)      Tingkah laku dapat diramalkan (behavior can be predicted). Yaitu ilmu bukan hanya menjelaskan, tapi juga meramalkan. Bukan hanya menangani peristiwa masa lalu tapi juga masa yang akan datang.
3)      Tingkah laku dapat dikontrol (behavior can be controlled). Yaitu ilmu dapat melakukan antisipasi dan menentukan/membentuk sedikit banyak tingkah laku seseorang.
b.      Struktur kepribadian[6]
1)      Tingkah laku reponden (responden behavior) yaiyu respon yang dihasilkan organism untuk menjawab stimulus yang berhubungan langsung dengan respon tersebut. Misalnya mengelak saat dipukul, malu saat dipuji, dll.
2)      Tingkah laku operan (operan behavior) yaitu respon yang dimunculkan organisme tanpa adanya stimulus spesifik yang langsung memaksa terjadinya respon.
c.       Kondisi Kepribadian
1)        Kesadaran Diri
Skinner yakin bahwa manusia tidak hanya memiliki kesadaran tetapi juga sadar akan keberadaan kesadaran tersebut. Mereka tidak hanya sadar akan lingkungannya tetapi juga sadar bahwa dirinya bagian dari lingkungan tersebu. Perilaku adalah fungsi dari lingkungan, dan bagian dari lingkungan itu sendiri.  Setiap pribadi secara subjektif sadar akan pemikiran, perasaan, rekoleksi, dan intensi mereka sendiri.
2)      Dorongan-Dorongan
Skinner dorongan dapat memperlihatkan efek-efek dari kondisi kekurangan dan berkelimpahan dan kepada probabilitas bahwa organisme akan meresponnya. Namun begitu, kondisi kekurangan dan berkelimpahan tidak hanya berkaitan dengan aktivitas makan. Faktor-faktor lain yang meningkatkan atau menurunkan probabilitas makan adalah kondisi lapar yang bisa diamati secara internal, ketersediaan makanan dan pengalaman sebelumnya dengan makanan sebagai penguat.
3)      Emosi
Skinner mengakui keberadaan emosi-emosi subjektif namun, dia menekankan bahwa perilaku tidak  harus diletakkan padanya. Skinner menerima keberadaan emosi berdasarkan kebutuhan kuat terhadap perjuangan mempertahankan hidup dan kebutuhan kuat terhadap penguatan. Di tingkatan individu, perilaku yang diikuti keriangan, kegembiraan, kesenangan, dan emosi menyenangkan lain cenderung diperkuat, karenanya meningkatkan probabilitas perilaku-perilaku ini muncul dalam hidup individu.
4)      Tujuan dan Niat
Skinner juga mengakui konsep tujuan dan niat namun, lagi-lagi, dia tidak setuju jika kita melekatkan perilaku kepadanya. Tujuan dan niat hadir dalam diri tetapi bukan faktor utama yang mengarahkan perilaku keluar melainkan berfungsi sebagai penguat. Tujuan dapat menjadi penguat, contohnya jika anda percaya tujuan melakukan joggingadalah menjadi sehat dan hidup lebih lama. Dari sini kita akan berjogging lantaran tujuan perse sudah menjadi stimulus penguat. Apalagi saat kita mendapatkan manfaat dari jogging itu atau menjelaskan alas an bejogging kepada mereka yang tidak melakukannya.

3.      Teori Kepribadian Abraham Maslow
a.       Individu sebagai Kesatuan Terpadu
Pertama-tama Maslow menekankan bahwa individu merupakan kesatuan yang terpadu dan terorganisasi, sehingga motivasi seseorang dalam melakukan sesuatu adalah motivsi individu seutuhnya bukan bagian darinya.
b.      Hirarki Kebutuhan
Maslow mengembangkan teori tentang bagaimana semua motivasi saling berkaitan. Ia menyebut teorinya sebagai “hirarki kebutuhan”. Kebutuhan ini mempunyai tingkat yang berbeda-beda. Ketika satu tingkat kebutuhan terpenuhi atau mendominasi, orang tidak lagi mendapat motivasi dari kebutuhan tersebut.. Maslow membuat tingkatan kebutuhan manusia menjadi lima karakteristik. sebagai berikut:
1)      Kebutuhan fisiologis
Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan manusia yang paling mendasar untuk mempertahankan hidupnya secara fisik, yaitu kebutuhan akan makanan, minuman, tempat tinggal, seks, tidur, istirahat, dan udara.
2)      Kebutuhan akan rasa aman
Setelah kebutuhan dasariah terpuaskan, muncullah apa yang digambarkan Maslow sebagai kebutuhan akan rasa aman atau keselamatan. Kebutuhan ini menampilkan diri dalam kategori kebutuhan akan kemantapan, perlindungan, kebebasan dari rasa takut, cemas dan kekalutan, kebutuhan akan struktur, ketertiban, hukum, batas-batas, dan sebagainya.
3)      Kebutuhan sosial
Setelah terpuaskan kebutuhan akan rasa aman, maka kebutuhan sosial yang mencakup kebutuhan akan rasa memiliki-dimiliki, saling percaya, cinta, dan kasih sayang akan menjadi motivator penting bagi perilaku.
4)      Kebutuhan akan penghargaan
Maslow membedakan kebutuhan ini menjadi kebutuhan akan penghargaan secara internal dan eksternal. Yang pertama (internal) mencakup kebutuhan akan harga diri, kepercayaan diri, kompetensi, penguasaan, kecukupan, prestasi, ketidaktergantungan, dan kebebasan (kemerdekaan). Yang kedua (eksternal) menyangkut penghargaan dari orang lain, prestise, pengakuan, penerimaan, ketenaran, martabat, perhatian, kedudukan, apresiasi atau nama baik.
5)      Kebutuhan akan aktualisasi diri
Menurut Maslow, setiap orang harus berkembang sepenuh kemampuannya. Kebutuhan manusia untuk tumbuh berkembang, dan menggunakan kemampuannya disebut oleh Maslow sebagai aktualisasi diri.

C.    PENUTUP
1.      Kesimpulan
psikologi sebagai satu disiplin ilmu yang berdiri sendiri, dan salah satu bidang penting yang terdapat di dalamnya adalah bidang yang mempelajari kepribadian. Psikologi kepribadian ini, sama halnya dengan bidang-bidang psikologi yang lainnya, memberikan sumbangan yang berharga bagi pemahaman kita tenang manusia melaui kerangka kerja psikologi yang ilmiah, yakni dengan menggunakan konsep-konsep yang mengarah langsung yang terbuka bagi pengujian empiris serta menggunakan metode-metode yang sebisa mungkin data dipercaya (valid) dan memiliki ketepatan.
2.      Saran
Kita selaku pendidik harus berusaha memahami kepribadian peserta didik kita. Hal ini bertujuan agar kita mudah dan mampu mencapai tujuan pembelajaran yang di inginkan.


D.    DAFTAR KEPUSTAKAAN
Alwisol. 2004. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.
Jess Feist. 2010. Teori Kepribadian. Terjemah Handriatno. Jakarta: Salemba Humanika
Koeswara 1991. Teori Kepribadian. Bandung : PT Eresco



[1] Alwisol. Psikologi Kepribadian. (Malang: UMM Press. 2004), hal. 1-3
[2] Ibid
[3] Ibid. hal.17-21
[4] Ibid
[5] Ibid
[6] Ibid

Tidak ada komentar:

Posting Komentar