Selasa, 15 September 2015

KESADARAN BERAGAMA REMAJA



BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Psikologi agama memang sangatlah penting bagi kita, karena di dalamnya terkandung materi-materi yang begitu penting, salah satunya adalah kesadaran beragama dan pengalaman beragama. Dan materi tersebut akan dibahas pada makalah ini.
Kesadaran beragama merupakan hasil proses mengenai motivasi yang berpengaruh tehadap penilaian, keputusan, dan interaksi dengan orang lain. Sedangkan pengalaman beragama merupakan perasaan yang membawa keyakinan yang dihasilkan oleh tindakan. Pengalaman tersebut biasanya terjadi dalamkeinginan seseorang manusia untuk menyembah tuhan dan untuk berdoa walaupun pengalaman tersebut tidak terbatas dalam waktu-waktu tertentu, misalnya berdoa, waktu shalat, dan sebagainya.

B.     TUJUAN
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Masailul Psikologi Agama yang dibimbing oleh dosen Hasbullah, serta untuk mengetahui dan memahami pengalaman beragama Remaja.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN KESADARAN BERAGAMA REMAJA
Kesadaran beragama adalah rasa keagamaan, pengalaman ketuhanan, keimanan, sikap dan tingkah laku keagamaan yang terorganisasi dalam sikap mental dari kepribadian. Karena agama melibatkan seluruh fungsi jiwa raga manusia maka kesadaran beragama pun mencakup aspek afektif, kognitif dan psikomotorik.
Para ahli psikologi memang belum sepakat mengenai rentang usia remaja, namun dalam bidang agama para ahli psikologi agama menganggap “bahwa kemantapan beragama biasanya tidak akan terjadi sebelum usia 24 tahun”. Jadi dilihat dari sudut pandang agama maka usia remaja beralangsung antara usia 13 – 24 tahun.[1]
Darimana rasa agama pada remaja muncul? Ide-ide agama, dasar-dasar keyakinan dan pokok-pokok ajaran agama pada dasarnya telah diterima oleh seorang anak pada masa anak-anak. Apa yang telah diterima dan tumbuh dari kecil itulah yang menjadi keyakinan individu pada masa remaja melalui pengalaman-pengalaman yang dirasakannya.[2]
Kesadaran beragama merupakan bagian atau segi yang hadir (terasa) dalam pikiran dan dapat diuji melalui introspeksi atau dapat dikatakan bahwa ia adalah aspek mental dan aktivitas.[3]
Jalaludin menyatakan bahwa kesadaran orang untuk beragama merupakan kemantapan jiwa seseorang untuk memberikan gambaran tentang bagaimana sikap keberagamaan mereka. Pada kondisi ini, sikap keberagamaan orang sulit untuk diubah, karena sudah berdasarkan pertimbangan dan pemikiran yang matang.[4]  
Sedangkan menurut Abdul Aziz Ahyadi (1988:45), kesadaran beragama meliputi rasa keagamaan, pengalaman ketuhanan, keimanan, sikap, dan tingkah laku keagamaan, yang terorganisasi dalam sistem mental dari kepribadian. Keadaan ini dapat dilihat melalui sikap keberagamaan yang terdefernisasi yang baik, motivasi kehidupan beragama yang dinamis, pandangan hiduup yang komprehansif, semangat pencarian dan pengabdiannya kepada Tuhan, juga melalui pelaksanaan ajaran agama yang konsisten, misalnya dalam melaksanakan shalat, puasa, dan sebagainya ( Abdul Aziz, 1988: 57).
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kesadaran baragama merupakan sesuatu yang terasa, dapat diuji melalui introspeksi dan keterdekatan dengan sesuatu yang lebih tinggi dari segalanya, yaitu Tuhan.
B.     CIRI-CIRI KESADARAN BERAGAMA PADA MASA REMAJA
Ciri-ciri kesadaran beragama yang menonjol pada masa remaja yang diutarakan oleh Abdul Aziz Ahyadi antara lain:
  1. Pengalaman Ketuhanannya makin Bersifat Individual.
Remaja menemukan dirinya bukan hanya sekedar badan jasmaniah, tetapi merupakan suatu kehidupan psikologis rohaniah berupa “ pribadi”. Remaja bersifat kritis, terhadap dirinya sendiri dan segala sesuatu yang menjadi milik pribadinya. Ia menemukan pribadinya terpisah dari pribadi lain dan alam sekitarnya. Pemikiran, perasaan, keinginan ciri-ciri dan kehidupan psikologis rohaniah lainnya adalah milik pribadinya. Penghayatan penemuan diri pribadi ini dinamakan “individuasi”.
Penemuan diri pribadinya sebagai sesuatu yang berdiri sendiri menimbulkan rasa kesepian dan rasa terpisah antara diri pribadinya. Dalam rasa kesendiriannya, si remaja memerlukan priabadi yang mampu menampung keluhannya, melindungi, membimbing, mendorong dan memberi petunjuk jalan yang dapat mengembangkan kepribadiannya. Ia berusaha mencari hakikat, makna dan tujuan hidupnya. Remaja dapat menemukan berbagai macam pandangan, ide, dan filsafat hidup yang mungkin bertentangan dengan keimanan yang telah menjadi pribadinya. Hal ini dapat menimbulkan kebimbangan dan konflik batin yang merupakan suatu penderitaan.

  1. Keimanannya makin menuju realitas yang sebenarnya, dan Peribadahannya mulai disertai dengan penghayatan yang tulus.
Remaja mulai mengerti bahwa kehidupan ini tidak hanya seperti yang dijumpainya secara konkret, tetapi mempunyai makna yang lebih dalam. Ia mulai memilki pengertian yang diperlukan untuk menangkap dan mengolah dunia rohaniah. Ia menghayati dan mengetahui tentang agama dan makna kehidupan beragama.Ia melihat adanya berbagai macam filsafat dan pandangan hidup. Hal ini dapat menimbulkan usaha untuk menganalisis pandangan agamanya serta mengolahnya dalam perspektif yang lebih luas dan kritis, sehingga pandangan hidupnya menjadi lebih otonom.
Dengan berkembangnya kemampuan berfikir secara abstrak, remaja mampu pula menerima dan mempelajari agama. Yang berhubungan dengan masalah gaib, abstrak dan rohaniah, seperti kehidupan alam kubur, hari kebangkitan, surga, neraka bidadari, malaikat, jin, syetan dan sebagainya. Penggambaran antropomorphic atau memanusiakan tuhan dan sifat-sifat-Nya lambat laun diganti dengan pemikiran yang lebih sesuai dengan realitas.
Pemahaman perubahan itu melalui pemikiran yang lebih kritis. Pengertian tentang sifat-sifat tuhan seperti maha adil, maha mendengar, maha melihat, dan sebagainya, yang tadinya oleh remaja disejajarkan dengan sifat-sifat manusia berubah menjadi lebih abstrak dan lebih mendalam.
C.    FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESADARAN BERAGAMA
Kesadaran beragama merujuk pada aspek rohaniah individu yang berkaitan dengan keyakinan dan keimanan kepada Allah.dan pengaktualisasiannya dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam berhubungan dengan sesama manusia atau yang berhubungan dengan Allah. Keyakinan dan keimanan kepada Allah dan aktualisasinya dalam kehidupan sehari-hari merupakan hasil dari internalisasi, yaitu proses pengenalan, pemahaman dan kesadaran seseorang terhadap agama. Proses ini akan terbentuk dengan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu sebagai berikut :
  1. Faktor Internal
Menurut fitrahnya, manusia adalah mahluk beragama (homoreligius) atau memiliki potensi beragama, mempunyai keimanan kapada tuhan. Dalam perkembangannya, fitrah beragama ini ada yang berjalan secara alamiah dan ada yang mendapat bimbingan dari agama sehingga fitrahnya itu berkembang secara benar sesuai tuntunan agama.
  1. Faktor Eksternal
Perkembangan kesadaran beragama akan dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang memberikan bimbingan, pengajaran, dan pelatihan yang memungkinkan kesadaran beragama itu berkembang dengan baik. Faktor lingkungan tersebut antara lain:
·         Lingkungan keluarga
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi anak, peranan keluarga pun sangat dominan dalam pengembangan kesadaran beragama individu. Keluarga mempunyai peran sebagai pusat latihan atau pembelajaran anak untuk memperoleh pemahaman tentang nilai-nilai agama dan kemampuannya dalam mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
·         Lingkungan Sekolah
Dalam mengembangkan kesadaran beragama siswa, peranan sekolah sangat penting, peranan ini terkait dengan pengembangan pemahaman, pembiasaan mengimplementasikan ajaran-ajaran agama, serta sikap apresiatif terhadap ajaran atau hukum-hukum agama.
·         Lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat ini maksudnyaa adalah hubungan atau interaksi sosial dan sosiokultural yangh potensial berpengaruh terhadap perkembangan fitrah atau kesadaran beragama seseorang.
Seseorang akan cenderung berinteraksi dengan orang lain, apabila orang tersebut memiliki kepribadian yang baik, maka orang tersebut akan cenderung mengikuti kebaikannya, sebaliknya ketika orang lain tersebut berkepribadian tidak baik, maka ia pun akan memiliki kecederungan yang sama.


BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Dari materi yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa kesadaran beragama selalu berkembang mulai anak-anak sampai remaja hingga tercapainya kematangan kesadaran beragama. Kematangan kesadaran beragma akan menunjukkan kematangan sikap seseorang dalam menghadapi berbagai masalah di masyarakat sehingga mempunyai arah tujuan hidup yang jelas.
Kesadaran beragama dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang meliputi faktor internal dan faktor eksternal. Dan faktor eksternal sendiri meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat, yang masing-masing mempunyai dampak tersendiri.

B.     SARAN
Dari penulisan makalah ini penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan, baik dari segi penulisan maupun isi dari makalah ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini.


DAFTAR PUSTAKA

1.      Jalaludin. Psikologi Agama. 2000. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
2.      Abu Ahmadi. 1992. Psikologi Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
3.      Abdul Aziz Ahyadi. 1991. Psikologi Agama. Bandung: Sinar Baru.




[1] Abu Ahmadi. 1992. Psikologi Umum. Jakarta: Rineka Cipta
[2] Ibid
[3] Ibid
[4] Jalaludin. Psikologi Agama. 2000. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Hal.106

Tidak ada komentar:

Posting Komentar