BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Psikologi agama memang sangatlah penting bagi
kita, karena di dalamnya terkandung materi-materi yang begitu penting, salah
satunya adalah kesadaran beragama dan pengalaman beragama. Dan materi tersebut
akan dibahas pada makalah ini.
Kesadaran beragama merupakan hasil proses
mengenai motivasi yang berpengaruh tehadap penilaian, keputusan, dan interaksi
dengan orang lain. Sedangkan pengalaman beragama merupakan perasaan yang
membawa keyakinan yang dihasilkan oleh tindakan. Pengalaman tersebut biasanya
terjadi dalamkeinginan seseorang
manusia untuk menyembah tuhan dan untuk berdoa walaupun pengalaman tersebut
tidak terbatas dalam waktu-waktu tertentu, misalnya berdoa, waktu shalat, dan
sebagainya.
B. TUJUAN
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Masailul Psikologi Agama yang dibimbing oleh dosen Hasbullah, serta untuk
mengetahui dan memahami pengalaman beragama Remaja.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN KESADARAN BERAGAMA
REMAJA
Kesadaran beragama adalah rasa keagamaan,
pengalaman ketuhanan, keimanan, sikap dan tingkah laku keagamaan yang
terorganisasi dalam sikap mental dari kepribadian. Karena agama melibatkan
seluruh fungsi jiwa raga manusia maka kesadaran beragama pun mencakup aspek afektif, kognitif dan psikomotorik.
Para
ahli psikologi memang belum sepakat mengenai rentang usia remaja, namun dalam
bidang agama para ahli psikologi agama menganggap “bahwa kemantapan beragama
biasanya tidak akan terjadi sebelum usia 24 tahun”. Jadi dilihat dari sudut
pandang agama maka usia remaja beralangsung antara usia 13 – 24 tahun.[1]
Darimana
rasa agama pada remaja muncul? Ide-ide agama, dasar-dasar keyakinan dan
pokok-pokok ajaran agama pada dasarnya telah diterima oleh seorang anak pada
masa anak-anak. Apa yang telah diterima dan tumbuh dari kecil itulah yang
menjadi keyakinan individu pada masa remaja melalui pengalaman-pengalaman yang
dirasakannya.[2]
Kesadaran beragama merupakan bagian atau segi
yang hadir (terasa) dalam pikiran dan dapat diuji melalui introspeksi atau
dapat dikatakan bahwa ia adalah aspek mental dan aktivitas.[3]
Jalaludin menyatakan bahwa kesadaran orang
untuk beragama merupakan kemantapan jiwa seseorang untuk memberikan gambaran
tentang bagaimana sikap keberagamaan mereka. Pada kondisi ini, sikap
keberagamaan orang sulit untuk diubah, karena sudah berdasarkan pertimbangan
dan pemikiran yang matang.[4]
Sedangkan menurut Abdul Aziz Ahyadi (1988:45),
kesadaran beragama meliputi rasa keagamaan, pengalaman ketuhanan, keimanan,
sikap, dan tingkah laku keagamaan, yang terorganisasi dalam sistem mental dari
kepribadian. Keadaan ini dapat dilihat melalui sikap keberagamaan yang
terdefernisasi yang baik, motivasi kehidupan beragama yang dinamis, pandangan
hiduup yang komprehansif, semangat pencarian dan pengabdiannya kepada Tuhan,
juga melalui pelaksanaan ajaran agama yang konsisten, misalnya dalam
melaksanakan shalat, puasa, dan sebagainya ( Abdul Aziz, 1988: 57).
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan
bahwa kesadaran baragama merupakan sesuatu yang terasa, dapat diuji melalui
introspeksi dan keterdekatan dengan sesuatu yang lebih tinggi dari segalanya,
yaitu Tuhan.
B. CIRI-CIRI
KESADARAN BERAGAMA PADA MASA REMAJA
Ciri-ciri
kesadaran beragama yang menonjol pada masa remaja yang diutarakan oleh Abdul Aziz
Ahyadi antara lain:
- Pengalaman Ketuhanannya makin Bersifat Individual.
Remaja
menemukan dirinya bukan hanya sekedar badan jasmaniah, tetapi merupakan suatu
kehidupan psikologis rohaniah berupa “ pribadi”. Remaja bersifat kritis,
terhadap dirinya sendiri dan segala sesuatu yang menjadi milik pribadinya. Ia
menemukan pribadinya terpisah dari pribadi lain dan alam sekitarnya. Pemikiran,
perasaan, keinginan ciri-ciri dan kehidupan psikologis rohaniah lainnya adalah
milik pribadinya. Penghayatan penemuan diri pribadi ini dinamakan
“individuasi”.
Penemuan
diri pribadinya sebagai sesuatu yang berdiri sendiri menimbulkan rasa kesepian
dan rasa terpisah antara diri pribadinya. Dalam rasa kesendiriannya, si remaja
memerlukan priabadi yang mampu menampung keluhannya, melindungi, membimbing,
mendorong dan memberi petunjuk jalan yang dapat mengembangkan kepribadiannya.
Ia berusaha mencari hakikat, makna dan tujuan hidupnya. Remaja dapat menemukan
berbagai macam pandangan, ide, dan filsafat hidup yang mungkin bertentangan
dengan keimanan yang telah menjadi pribadinya. Hal ini dapat menimbulkan
kebimbangan dan konflik batin yang merupakan suatu penderitaan.
- Keimanannya makin menuju realitas yang sebenarnya, dan Peribadahannya mulai disertai dengan penghayatan yang tulus.
Remaja mulai
mengerti bahwa kehidupan ini tidak hanya seperti yang dijumpainya secara
konkret, tetapi mempunyai makna yang lebih dalam. Ia mulai memilki pengertian
yang diperlukan untuk menangkap dan mengolah dunia rohaniah. Ia menghayati dan
mengetahui tentang agama dan makna kehidupan beragama.Ia melihat adanya
berbagai macam filsafat dan pandangan hidup. Hal ini dapat menimbulkan usaha
untuk menganalisis pandangan agamanya serta mengolahnya dalam perspektif yang
lebih luas dan kritis, sehingga pandangan hidupnya menjadi lebih otonom.
Dengan
berkembangnya kemampuan berfikir secara abstrak, remaja mampu pula menerima dan
mempelajari agama. Yang berhubungan dengan masalah gaib, abstrak dan rohaniah,
seperti kehidupan alam kubur, hari kebangkitan, surga, neraka bidadari,
malaikat, jin, syetan dan sebagainya. Penggambaran antropomorphic atau
memanusiakan tuhan dan sifat-sifat-Nya lambat laun diganti dengan pemikiran
yang lebih sesuai dengan realitas.
Pemahaman
perubahan itu melalui pemikiran yang lebih kritis. Pengertian tentang
sifat-sifat tuhan seperti maha adil, maha mendengar, maha melihat, dan
sebagainya, yang tadinya oleh remaja disejajarkan dengan sifat-sifat manusia
berubah menjadi lebih abstrak dan lebih mendalam.
C.
FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI KESADARAN BERAGAMA
Kesadaran
beragama merujuk pada aspek rohaniah individu yang berkaitan dengan keyakinan
dan keimanan kepada Allah.dan pengaktualisasiannya dalam kehidupan sehari-hari,
baik dalam berhubungan dengan sesama manusia atau yang berhubungan dengan
Allah. Keyakinan dan keimanan kepada Allah dan aktualisasinya dalam kehidupan
sehari-hari merupakan hasil dari internalisasi, yaitu proses pengenalan,
pemahaman dan kesadaran seseorang terhadap agama. Proses ini akan terbentuk
dengan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu sebagai berikut :
- Faktor Internal
Menurut
fitrahnya, manusia adalah mahluk beragama (homoreligius) atau memiliki potensi
beragama, mempunyai keimanan kapada tuhan. Dalam perkembangannya, fitrah
beragama ini ada yang berjalan secara alamiah dan ada yang mendapat bimbingan
dari agama sehingga fitrahnya itu berkembang secara benar sesuai tuntunan
agama.
- Faktor Eksternal
Perkembangan
kesadaran beragama akan dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang memberikan
bimbingan, pengajaran, dan pelatihan yang memungkinkan kesadaran beragama itu
berkembang dengan baik. Faktor lingkungan tersebut antara lain:
·
Lingkungan keluarga
Lingkungan
keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi anak, peranan keluarga pun
sangat dominan dalam pengembangan kesadaran beragama individu. Keluarga
mempunyai peran sebagai pusat latihan atau pembelajaran anak untuk memperoleh
pemahaman tentang nilai-nilai agama dan kemampuannya dalam
mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
·
Lingkungan Sekolah
Dalam
mengembangkan kesadaran beragama siswa, peranan sekolah sangat penting, peranan
ini terkait dengan pengembangan pemahaman, pembiasaan mengimplementasikan
ajaran-ajaran agama, serta sikap apresiatif terhadap ajaran atau hukum-hukum
agama.
·
Lingkungan Masyarakat
Lingkungan
masyarakat ini maksudnyaa adalah hubungan atau interaksi sosial dan
sosiokultural yangh potensial berpengaruh terhadap perkembangan fitrah atau
kesadaran beragama seseorang.
Seseorang
akan cenderung berinteraksi dengan orang lain, apabila orang tersebut memiliki
kepribadian yang baik, maka orang tersebut akan cenderung mengikuti
kebaikannya, sebaliknya ketika orang lain tersebut berkepribadian tidak baik,
maka ia pun akan memiliki kecederungan yang sama.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari materi yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa kesadaran beragama selalu
berkembang mulai anak-anak sampai remaja hingga tercapainya kematangan
kesadaran beragama. Kematangan kesadaran beragma akan menunjukkan kematangan
sikap seseorang dalam menghadapi berbagai masalah di masyarakat sehingga
mempunyai arah tujuan hidup yang jelas.
Kesadaran beragama dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yang meliputi faktor internal dan faktor eksternal. Dan faktor
eksternal sendiri meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan
lingkungan masyarakat, yang masing-masing mempunyai dampak tersendiri.
B. SARAN
Dari penulisan makalah ini penulis menyadari bahwa
masih banyak kekurangan, baik dari segi penulisan maupun isi dari makalah ini.
Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang
sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR
PUSTAKA
1. Jalaludin. Psikologi Agama. 2000. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
2. Abu Ahmadi. 1992. Psikologi Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
3. Abdul Aziz Ahyadi. 1991. Psikologi Agama. Bandung: Sinar Baru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar